Aku
terbiasa bertemu Ayam
Sampai
aku merasa, ah Ayam lagi
Lagi,
lagi, dan lagi. Bosan.
Ralat.
Bosanku hilang, ketika Lele datang
Lele?
Jelas jadi favorit. Dirumah terbiasa Ayam
Diluar
rumah aku membiasakan tanpa Ayam. Pecel Lele? menarik
Aku
pikir pecel ya bumbu kacang
Ternyata
hanya Lele goreng dan lalapan, oh ini toh pecel Lele
Tak
ada momen pecel Lele yang spesial, semua sama
Hingga
akhirnya, aku menemukan seseorang yang spesial
Menemani
bukan hanya hari-hariku
Namun
juga menghabiskan sepiring pecel Lele denganku
Seiring
berjalannya waktu, kami seolah menemukan tempat pecel Lele favorit
Tempat
itu bukan hanya menyediakan Lele goreng, tapi juga Lele dengan saus
Berbagai
macam saus ditawarkan, pilihan tergantung selera
Kami
punya selera masing-masing
Aku
begitu hafal cara makanmu
Sesering
itukah kita makan Lele bersama?
Caramu
berbeda dan jadi hal yang tak pernah ku lupa
Kita
memang tak perlu sama dalam menikmati rasa
Caraku
makan dengan membiarkan sambel berada ditempatnya
Tapi
kamu justru menuang sambel dipinggiran nasi
Aku
hanya mengambil daging Lele
Kamu,
melahap daging hingga kepala Lele tak tersisa
Kalo
aku keluarga Lele, aku akan sangat membencimu haha
Kejamnya
menghabisi Lele yang sudah tidak berdaya
Namun
karena aku bukan keluarga Lele
Aku
justru merasakan sebaliknya terhadapmu
Begitu
berbeda itu kamu
Aku
tak pernah meniru caramu, karena itu bukan aku
Tapi
ketika seseorang/ orang lain melakukan hal yang sama denganmu
Pasti
mengingatkanku padamu
Kamu
sesimpel pesanan minummu, teh tawar
Aku?
Kadang es jeruk, kadang es teh manis
Duduk
berhadapan dimeja, di tempat yang seringkali sama. Iya sama.
Tapi
kami tidak keberatan jika kami tidak kemanamana
Bukankah
momen ‘Lele’ itu sudah cukup menjelaskan tanpa perlu mengatakan?
Komentar
Posting Komentar